AHMAD TAUFIK DI MATA SAHABAT

October 12, 2017Admin

Aktivis HAM punya almarhum Munir, Jurnalis punya Udin, para penyair punya Wiji Tukul, maka Ahmad Taufik mewakili ketiganya tegas Direktur Eksekutif Amnesty International Usman Hamid dalam diskusi “Mengenang Ahmad Taufik” yang diselenggarakan oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Universalia di Auditorium Komplek Rumah Jabatan DPR RI Kalibata, 20/2017.

Malam itu sebagai nara sumber Usman Hamid tidak sendiri, ia ditemani tiga orang jurnalis senior sekaligus sahabat dekat Ahmad Taufik yaitu Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo atau sering disapa Stenly, Anggota Badan Sensor Film Romy Fibri, serta Nugroho Dewanto.

Sebelum keempat pembicara menuturkan pengalamannya, Dewan Pembina Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Universalia Musa Kadzim memberikan pengantar kepada sosok wartawan, advokat dan aktivis ini.

Musa Kadzim mengenang Ahmad Taufik sebagai sosok yang hangat, humoris, konsisten dan pemberani. Sebagai Ketua Umum YLBH Universalia Ahmad Taufik melihat persoalan dengan ringan padahal yang dihadapi adalah masalah yang sangat besar jelas Musa.

Musa mengenang ketika Ahmad Taufik mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta. Keputusan ikut kontes Gubernur Jakarta itu dirancang di mobil saat menuju Jawa Tengah ketika proses advokasi pengungsi Syiah Sampang – dalam obrolan ringan yang penuh canda tawa.

Sejauh sepak terjang yang dilakukannya (red), tujuan Ahmad Taufik mencalonkan diri adalah upayanya melemahkan juga mengeritik kelompok oligarki yang menguasai Jakarta baik elit politik maupun ekonomi. Ia menjadikan dirinya pengingat publik atas penguasaan elit politik hitam dan penguasa hitam yang mencengkram Jakarta.

Dia, sebut Musa, adalah orang yang terus mendorong agar YLBH Universalia berjuang sekuat tenaga memulangkan pengungsi Muslim Syiah ke kampung halamannya.

“Kami YLBH Universalia sangat bangga bisa belajar langsung dari Ahmad Taufik,” kata Musa Kadzim.

Acara diskusi mengenang Ahmad Taufik ini, jelasnya, adalah upaya untuk menyerap nilai-nilai perjuangan yang bisa ditularkan kepada generasi muda.

Ahmad Taufik telah melampaui karirnya sebagai wartawan maupun advokat, ia adalah pejuang kemanusiaan – yang saat melakukan semua aktivitas perjuangannya dengan ringan jelas Usman.

Mantan aktivis Kontras ini juga menjelaskan Ahmad Taufik selalu terusik dengan ketidakadilan – walau  hal sepele, contohnya ia berani menggugat Ancol karena dianggap melarang masyarakat menikmati pantai. Padahal, lanjutnya, gugatan itu berawal dari kejengkelannya karena harus membayar tiket masuk setiap kali melewati Ancol untuk menjemput istrinya.

Stenly mengenang Ahmad Taufik sebagai seorang yang santai, penuh canda, tapi serius dan penuh komitmen menjalankan tugas kewartawanan sedangkan sebagai seorang aktivis, Ahmad Taufik adalah orang yang pemberani.

Saat orang ruwet memilih dan menimbang tentang suatu hal dalam rapat-rapat Aliansi Jurnalis Independen, Ahmad Taufik dengan ringan menyetujui atas apa yang menjadi pilihan, ia seperti tidak ada beban untuk bekerja dengan siapapun atau dalam kondisi bagaimanapun jelas Stenly.

Tanpa bermaksud menyalahkan keadaan, Stenly merasa kepergian Ahmad Taufik terlalu cepat, menurutnya masih banyak pekerjaan yang seharusnya bisa dituntaskan. Itu sebabnya Stenly ingin mengabadikan Ahmad Taufik melalui Award.

Ahmad Taufik di mata Romy Fibri  adalah seorang kakak yang hangat. Romy mengenal Ahmad Taufik sebelum melihat sosoknya. Ketika menyandang status mahasiswa, Ia hanya mendengar “gaung” yang mengatakan Ahmad Taufik adalah seorang yang pemberani dan sangar di setiap demonstrasi melawan Orba. Namun setelah ia menjadi wartawan Tempo dan bertemu sosok sesungguhnya yang didapati adalah manusia yang ramah, hangat, sportif, pemberani, religius yang jauh dari kesan sangar.

Sebagai sebuah penghormatan Romy memberikan predikat khusus bagi Ahmad Taufik sebagai seorang wali di jaman modern.

Nugroho Dewanto mengenang Ahmad Taufik sebagai sahabat yang tidak mengecewakan. Ia mengagumi sosoknya sejak bersama-sama di Majalah Tempo.  Ia mengatakan Ahmad Taufik dikenal banyak orang, kocak, riang, hangat, pemberani dan yang paling membuatnya terenyuh  – Ahmad Taufik telah mendatangi makam sosok manusia idolanya yang membuatnya selalu berani menentang kezaliman yaitu Imam Husein sebelum ajalnya menjemput.

Selain keempat pembicara utama, turut memberi testimoni adalah sahabat dekat Almarhum saat di penjara maupun di pembaringan rumah sakit, Malik. Anak Betawi Tanah Abang ini menjelaskan betapa Almarhum adalah orang yang berani menentang kezaliman. Bersama dirinya Ahmad Taufik selalu mengecam tindakan kesewenangan ketika melawan Tomy Winata atau saat menggugat Ancol dan lain-lain.

Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Suwarjono juga memberi testimoni. Ia mengatakan almarhum adalah orang yang sangat istimewa di organisasi AJI, banyak generasi muda AJI walau tidak lama berteman dengan Ahmad Taufik tapi ada kesan yang mendalam. Itu sebabnya, AJI memberikan nama Ruang Rapat di Kantor AJI dengan nama Ahmad Taufik.

Acara diskusi ini juga dihadiri oleh mahasiwa, aktivis, wartawan, masyarakat dari daerah Tanah Abang – Petamburan – Slipi yang mengenal dan merasakan kiprah Ahmad Taufik.  ()

 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Prev Post Next Post