Syawal Berdarah di Sampang

September 2, 2012lbhu

 

[Jakarta, 27 Agustus 2012] – Peristiwa kekerasan brutal terhadap Muslim Syiah kembali terjadi di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kabupaten Sampang, Madura pada Minggu pagi 26 Agustus 2012. Satu orang korban tewas bernama Hamama (50), tujuh orang menderita luka kritis, puluhan orang mengalami luka-luka, juga puluhan rumah warga muslim Syiah dibakar. Akses untuk evakuasi dan pengiriman bantuan terkepung oleh massa penyerang. Hingga saat ini kondisi di lokasi masih sangat mencekam.

 

Kekerasan dan penyerangan berdarah itu terjadi sekitar jam 11 pagi. Sekitar 500-an orang telah berkumpul dan terkonsentrasi di sekitar Kampung Nangkernang sejak pukul 8 pagi. Massa tersebut membawa clurit, pedang, pentungan dan sejumlah bom molotov.

Menurut keterangan Iklil, abang Tajul Muluk dan Zaini, yang berada di sekitar lokasi, ratusan massa itu adalah massa pelaku yang sama yang pernah membakar dan menteror mereka pada 29 Desember 2011. Massa mulai membakar dan melakukan kekerasan sekitar pukul 11. Kekerasan dilakukan kepada warga-warga Muslim Syiah yang berada di sana. Korban tewas dan luka-luka berat ketika itu mencoba membela diri dan melindungi perempuan dan anak-anak. Rata-rata korban mengalami luka-luka akibat serangan benda tajam, lemparan batu, dan bom molotov. Posisi warga Syiah tersebar di sekitar 5 titik. Penyerangan tidak hanya kepada properti Ustad Tajul Muluk lagi, tetapi dapat dikatakan ke seluruh warga Syiah di sana.

Menurut Iklil, dia sudah mengetahui akan kemungkinan terjadinya penyerangan susulan itu setelah apa yang terjadi pada pembakaran 29 Desember 2011. Ancaman-ancaman penyerangan yang direncanakan seusai lebaran itu sudah disampaikan kepada mereka sebelum Ramadhan dan saat Ramadhan tiba. Para peneror itu mengatakan akan menghabisi dan “menyembelih” warga Syiah jika tetap berada di sana seusai Ramadhan. “Kita akan dibuat habis,” ucap Iklil.

Tiga hari sebelum penyerangan pada hari Minggu itu, sudah terjadi sweeping terhadap warga Syiah. Warga Syiah yang terkena sweeping dilarang keluar dari kampung, termasuk para santri-santri warga Syiah yang hendak kembali ke pondok mereka di luar kota Sampang.

Minggu sekitar pukul 9 pagi, Iklil menelpon Polsek Omben dan menelpon Polres Sampang menginformasikan adanya eskalasi massa yang mencekam di sekitar kampungnya. Laporan via telpon itu diterima dan ditanggapi dengan janji akan mengirimkan anggota polisi ke TKP. Terlihat di sekitar TKP tidak lebih tidak lebih dari 5 orang personil kepolisian yang berada di sana. Keberadaan polisi yang gagap lagi-lagi gagal dan tidak berdaya mengantisipasi kekerasan. Sikap polisi bahkan seperti biasa cenderung menyalahkan warga Syiah sebagai biang keladi masalah.

Kekerasan berdarah ini adalah spiral kekerasan sistematis yang dilakukan oleh pihak-pihak anti-Syiah yang kini level ancamannya terus meningkat dan mengeras: setelah sebelumnya mereka berhasil mengusir Ustad Tajul Muluk, ulama pemimpin Syiah di Sampang, membakar pesantren dan rumah keluarga Tajul Muluk dan akhirnya mengkriminaslisasi Tajul Muluk dengan hukuman penjara 2 tahun dengan dalil penodaan agama.

Kini kejadian pembakaran, pembunuhan dan penyerangan yang mengakibatkan luka-luka serius tersebut jelas tidak bisa dientengkan sebagai semata kasus pertikaian keluarga. Ada upaya sistematis dari pihak-pihak anti-Syiah untuk menghabisi keberadaan Muslim Syiah di Sampang dan mungkin akan berkembang luas di tempat lain. Kasus terakhir yang berujung pembakaran, pembunuhan dan penganiayaan berat itu merupakan kasus pembantaian paling berat yang dialami oleh Muslim Syiah di Indonesia.

Setelah pembakaran kurang dari setahun lalu, ratusan Muslim Syiah telah kehilangan tempat tinggal, harta benda yang telah dijarah selama mereka mengungsi, pekerja telah dipecat karena keyakinannya, anak-anak tak bisa bersekolah karena didiskriminasi. Dan kini peristiwa Syawal berdarah pada 26 Agustus 2012 akan menambah hebat beban penderitaan dan penindasan tak terperikan yang dialami oleh Muslim Syiah di Sampang. Ratusan warga akan kembali mengungsi, berikut trauma pembunuhan dan penyerangan fisik yang mengakibatkan luka fisik yang serius.

Eskalasi kekerasan dan pembunuhan terhadap Muslim Syiah di Sampang yang terus-menerus sangat dipengaruhi oleh buruknya kinerja pemerintah daerah: polisi, pejabat kementrian agama, Bakesbangpol, dll yang telah menunjukkan sikap tidak netral bahkan secara telanjang turut menghakimi dan memprovokasi kekerasan terhadap warga Syiah di sana. Ketiadaan hukuman dan pengusutan yang tegas dan tuntas dari Kepolisian pada saat penyerangan massa anti-Syiah terhadap rumah Tajul Muluk yang terjadi beberapa bulan lalu [29Des’12] telah terbukti menambah suburnya tindakan intoleran ini.

Kami menuntut keras Negara, Pemerintah Daerah Sampang, dan polisi bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi dan menjamin perlindungan terhadap Muslim Syiah di Sampang. Mereka adalah korban yang selama ini telah secara terus-menerus ditindas. Rumah dan harta benda mereka tidak pernah direhabilitasi, pelaku kekerasan dan aktor penyuruh yang ingin menghabisi pengikut Syiah tidak pernah ditangkap, Tajul Muluk yang seharusnya menjadi korban telah dikriminalisasi, dan kini mereka membiarkan pembakaran, penyerangan bahkan pembunuhan terjadi kembali.

Kami Aliansi Solidaritas Kasus Sampang akan melakukan langkah-langkah keras meminta pertanggungjawaban Presiden dan Kapolri untuk berhenti menjadi penonton yang tidak netral dan menghentikan pembantaian ini. Kasus ini adalah bukti kesekian kali bahwa negara telah lumpuh dan tidak bisa dipercaya untuk menjamin keamanan, perlindungan dan penegakkan hukum bagi warga minoritas dan membiarkan satu pihak dengan ajarannya yang brutal untuk eksis sendirian dengan memberangus, menindas dan membantai kelompok lain di hadapan negara yang hanya bersedia menjadi penonton.

Aliansi Solidaritas Kasus Sampang

YLBH-Universalia, KontraS, YLBHI, Wahid Institute, SEJUK, LBH Jakarta, ELSAM, HRWG, ILRC, Aman Indonesia, Komnas Perempuan, ILRC, ANBTI, Setara-Institute, PWAG, Inspirasi Indonesia, Ma’arif Institute, LAPPAN Maluku, YAKKUM, Imparsial, Adat Karuhun Sunda Wiwitan Cigugur, Binangkit Jabar, SAPA Institute Bandung, Yayasan Lambu Ina Muna, 6211, Pupa Bengkulu, Madia Jakarta, Bidang Diakonia PGI, LBH Apik Makassar & Bali, Aliansi Sumut Bersatu, LP MMT, PB PMII, Fahmina Institute, ISIF Cirebon, APAB, Rahima Jakarta, PB HMI

Kordinator Aliansi Solidaritas Kasus Sampang

Hertasning Ichlas, SH. MH

Nia Sjarifudin

Tantowi Anwari

Dr. Rumadi

M. Hafidz Ghozali

Febi Yonesta, SH

Prof. Dr. Musdah Mulia

Sinung Karto, SH

Gatot Rianto, SH

Indriaswati Dyah Saptaningrum, SH, LLM

{fcomment}

 

 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Prev Post Next Post