Gusdurian Jatim: Copot Kadinsos Sampang !

September 2, 2012lbhu

Gusdurian Jatim (pecinta Gus Dur) mendesak Bupati Sampang agar mencopot Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kadinsosnakertrans) setempat, Malik Amrullah.

Hal itu terkait dengan tindakan arogan yang dilakukan Malik dengan mengobrak-abrik posko kemanusiaan yang ada di lokasi pengungsian.

Selain itu, Gusdurian juga mengecam intimidasi dan penggunaan cara premanisme yang dilakukan oleh Kadinsos dalam berkomunikasi dan mengkoordinasikan berbagai posko yang ada. “Selain meminta Malik meminta maaf secara terbuka, kami juga meminta agar bupati Sampang mencopot Malik dari jabatannya,” kata Aan Anshori, koordinator Gusdurian Jatim, dalam siaran persnya via e-mail, Sabtu (1/9/2012).

Aan melanjutkan, pihaknya berharap pemkab Sambang benar-benar memperlakukan pengungsi Syiah secara lebih manusiawi dan tidak mengintimidasi pengungsi agar berpindah keyakinan. Dan yang terakhir pihaknya meminta agar BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) Jawa Timur melakukan audit reguler terhadap dana bantuan yang telah dikucurkan oleh pemprov Jatim dan Pemkab Sampang.

Kekecewaan Gusdurian itu bukan tanpa alasan. Semua itu berawal ketika  Jaringan Lintas Iman Jombang dan sejumlah LSM membuka posko kemanusiaan di GOR setempat.

Sekitar jam 11.30 WIB, Malik Amrullah mendatangi posko kemanusiaan milik aliansi beberapa jaringan kerja LSM tersebut.

Dengan arogan, Kadinsos Sampang meminta agar posko tersebut segera dibongkar karena dianggap mengganggu ketertiban. Permintaan ini langsung ditolak oleh Ndut Arimbi bersama Adi Acong (petugas posko).

Setelah gagal mengusir posko tersebut Kadinsos berupaya mengintimidasi petugas posko dengan cara akan meminta aparat keamanan yang bertugas di sana untuk melakukan pengusiran paksa.

Gagal mengusir posko, Malik pun pergi. Namun sekitar pukul 11.30 WIB dia kembali lagi ke posko dengan tujuan yang sama. Kali ini dia datang bersama beberapa stafnya. Sempat terjadi ketegangan antara petugas posko dan rombongan Kadinsos. Dalam situasi memanas tersebut petugas posko mendengar Kadinsos melontarkan kalimat “dasar pathek! Susah diatur”. Dalam bahasa Madura pathek kerap diartikan sebagai “anjing”.

Petugas posko tetap bersikukuh dengan sikapnya dan memilih untuk tetap bertahan sambil mempersilahkan Kadinsos untuk mencari cara yang lebih bermartabat dalam berkomunikasi dengan para relawan. “Kami meyakini upaya “pengusiran” ini dilakukan oleh pemkab sebagai skenario menutup akses pihak luar atas apa yang sebenarnya terjadi terhadap para pengungsi. Oleh karena itu kami minta agar Kadinsos dicopot dari jabatannya,” pungkas Aan.

{fcomment}

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Prev Post Next Post